Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Catatan. Tampilkan semua postingan

11 Maret 2009

Tomistoma schlegelii Satwa endemik hutan rawa gambut Merang-Kepahiyang, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan yang Terancam Punah di Habitatnya

Hutan Rawa Gambut Merang-Kepahiyang (HRGMK) Sumatera Selatan.Merupakan kawasan Hutan Gambut alami (kedalaman 2-4 m) yang masih tersisa di Sumatera Selatan. Hutan Rawa Gambut Merang-Kepahiyang merupakan daerah merupakan koridor satwa antara Taman Nasional Berbak di Jambi (situs Ramsar Pertama di Indonesia ) dan Taman Nasional Sembilang di Sumatera Selatan, sekaligus merupakan daerah tangkapan/pasokan air bagi sungai-sungai yang mengalir ke TN Berbak dan Sembilang Rusaknya sistem hidrologi dari Hutan Rawa Gambut akan menyebabkan semakin tingginya resiko kebakaran hutan dan lahan dan penurunan muka tanah (subsidence) yang pada akhirnya akan merugikan banyak pihak.
Menurut Kajian WI-IP dan WBH tahun 2002 Hutan Rawa Gambut Merang Kepahiyang merupakan habitat alami dari berbagai spesies langka seperti Buaya Sinyulong (Tomistomas schlegelii) dimana pada wilayah ini memiliki kepadatan populasi tertinggi di dunia, juga Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, dan Bangau Storm.










SCIENTIFIC CLASSIFICATION

COMMON NAME :tomistoma, false gharial, false gavial
KINGDOM :Animalia
PHYLUM :Chordata
CLASS :Reptilia
ORDER :Crocodylia
FAMILY :Crocodylidae
GENUS SPECIES:Tomistoma schlegelii

FAST FACTS

DESCRIPTION :no data

SIZE :up to 5 m (16 ft)

WEIGHT :no data

DIET :primarily fish, though other small vertebrates may supplement

INCUBATION :approximately 3 months
CLUTCH SIZE 20-60 eggs

SEXUAL MATURITY:no data

LIFE SPAN :no data

RANGE :Indonesia, Malaysia, possibily Vietnam and Thailand

HABITAT :freshwater lakes, rivers, and estuaries

POPULATION :GLOBAL no data

STATUS :IUCN Endangered
CITES no data
USFWS no data

http://www.ssffmp.or.id/ssffmp/news-2.asp?id=66
http://www.flmnh.ufl.edu (Florida Museum of Natural History)
http://www.seaworld.org/Animal-info/animal-bytes/animalia/eumetazoa/coelomates/deuterostomes/chordata/craniata/reptilia/crocodylia/tomistoma.htm
http://rejang-lebong.blogspot.com/2008/05/tomistoma-schlegelii-satwa-endemik.html

04 Maret 2009

Kelompok Tanah Tinggi

Kerjasama dengan berbagai pihak dan memanfaatkan potensi yang ada disekitar desa merupakan hal yang dibutuhkan dalam mendorong inisiatif kecil yang dapat dilakukan oleh kelompok di masyarakat . Disekitar desa Muara Merang terdapat beberapa perusahaan perkebunan, kehutanan dan pertambangan diantaranya Perkebunan sawit terdiri PT. Pinang Wit Sejati, PT. Mentari Subur Abadi, PT. Lonsum dan perusahaan pertambangan PT .Conoco Philips. Semua perusahaan diatas berbatasan langsung terhadap desa Muara Merang dan berinteraksi dengan masyarakat disekitarnya.
Salah satu kelompok di Tanah Tinggi desa Muara Merang memanfaatkan keberadaan perusahaan di sekitar desa. Untuk mengembangkan usaha kelompok. Pada awalnya Kelompok Hijau lestari melakukan usaha pertanian dengan menanam kedelai dan cabe hasilnya tidak begitu berhasil karena diserang penyakit.
Pak Anan merupakan ketua kelompok Hijau lestari merupakan pendatang dari Sunda mengikuti tranmigrasi ke Sumatera Selatan, wilayah tranmigrasi mengalami kegagalan menyebabkan mereka pindah secara besar-besaran di desa Muara Merang didaerah tanah tinggi berbatasan dengan desa Mangsang. Sebagian besar kelompok terdiri dari 25 kk bekerja sebagai buruh di perusahaan sawit dengan upah harian Rp 32.800 / hari. Besaran tersebut tidaklah cukup untuk kebutuhan keluarga. Usaha tambahan perlu dilakukan secara bersama dan berkelompok.
PT.PWS merupakan perusahaan milik orang Malaysia secara rutin setiap tahun Perusahaan ini memotong Sapi pada hari raya korban berjumlah 12 – 15 ekor sapi. Biasanya sapi tersebut didatangkan dari luar Desa.
Timbulnya inisiatif kelompok untuk memasarkan usaha pengemukan sapi ke perusahaan tersebut. Hingga sekarang perusahaan berkometmen membeli sapi yang dikelolah oleh kelompok masyarakat di sekitar perusahaan. Sudah tiga tahun sejak 2006 penyediaan sapi potong oleh kelompok ke PT. PWS.
Cukup menguntungkan bagi masyarakat, usaha pengemukan Sapi tersebut merupakan pendapatan tahunan bagi anggota kelompok. Pinjaman Modal yang di berikan oleh WBH lewat program WPRP sesuai dengan harga satuan ekor sapi, kelompok meminjam untuk membeli 10 ekor sapi, harga satuan 4 jt rupiah. Dengan harga tersebut sapi yang didapat cukup besar hingga untuk di pelihara selama 1 tahun. Setelah di pelihara dan digemukan selama satu tahun harga sapi bisa mencapai rata –rata 6 juta s/d 7 juta dengan modal 40 juta untuk 10 ekor sapi bisa hasilkan penjualan 60 juta s/d 70 juta keuntungan bisa 20 jt s/d 30 jt pertahun. Cukup untuk pendapatan tahunan bagi anggota kelompok disamping mengandalkan gaji buruh atau bertani sayuran sebagai pendapatan tambahan. Kedepan pola ini terus dikembangkan dengan sistem pengemukan sapi yang lebih intensif dan diimbangi dengan peternakan untuk memperbanyak bibit sapi.

Makna Keberhasilan Kelompok


Pemilihan alternatif ekonomi yg tepat dan dukungan langsung dari pihak lain dapat mempercepat keberhasilan dalam membangun ekonomi yang lebih baik, namun semuanya tidak lepas dari Motivasi dan kemauan yang keras. Motivasi dan Kemauan keras untuk meningkatkan kemampuan ekonomi menjadi hal yang sangat penting. Dengan Motivasi dan kemuaan yang keras maka akan muncul insiatif –insiatif baru serta selalu mengali peluang dan pengetahuan baru yang lebih baik dan lebih inopatif.

Berkelompok dalam berusaha merupakan salah satu cara untuk mendorong motivasi kebersamaan dan lebih kuat dalam menyelesaikan satu masalah. Tapi jika berkelompok terkesan dipaksakan, justru akan terjadi sebaliknya. Berkelompok bisa saja akan menjadi penghambat dalam penyelesaian masalah yang lebih besar, hanya sibuk menyelesaikan konfik internal kelompok hingga tujuan dan rencana kerja yang dirancang kelompok menjadi terbengkalai dan yang terjadi adalah menurunkan kriatifitas individu dalam kelompok dan kelelahan dan kejenuhan kelompok dalam berusaha untuk maju serta motivasi akan semakin rendah dalam menyikapi permasalah-permasalah yang di hadapi.
Berkelompok atau membangun organisasi bertujuan untuk mempercepat dan dorong perubahan yang lebih masif (menyeluruh) dan membangun kepekaan sosial, kebersaman dan berkeadilan merupakan modal yang sangat penting.
Kelompok Keluarga Mandiri di Desa Muara Merang merupakan salah satu kelompok yang dampingi oleh Yayasan Wahana Bumi Hijau melalui program WPRP. Kelompok ini mengalami perkembangan yang cukup baik dengan kondisi kelompok yang terus berkembang. Diawali dengan usaha penanam cabe dilanjutkan dengan kebun karet dan akhirnya kelompok melalukan inisiatif melakukan usaha berdasarkan minat anggota kelompok, 5 orang anggota kelompok Keluarga Mandiri mengusulkan usaha ternak ayam potong. Koordinator usaha ternak ayam potong adalah Pak Sewinarno, pak Sewi merupakan mantan buruh di perusahaan perkebunan Sawit (PT.PWS) berinisiatif berhenti untuk membentuk usaha sendiri. Dengan Penghasilan yang papasan dan mengandalkan gaji honor mengajar di SD negeri desa Muara Merang tidak mencukupi untuk kebutuhan keluarga. Dengan motivasi yang tinggi bermodal pengetahuan yang cukup mereka mulai merintis ternak ayam potong setelah 8 kali panen pengembalian hutang kelompok sudah dilakukan. Selanjutnya kelompok tersebut mengembangkan usaha ternak ayam petelur. Usaha peternak ayam petelur ini dimulai dengan pada akhir tahun 2008. Peternakan ayam petelur tersebut dengan modal 14 juta hasil pinjaman dari program WPRP tahap awal menernakan ayam petelur 200 ekor. Pembuatan kandang merupakan swadaya kelompok, kandang ayam potong pada awalnya disulap menjadi kandang ayam petelur.
Perkembangan terakhir pada bulan Januari 2009 ini perternakan ayam petelur tersebut sudah mulai menghasilkan . Setiap hari menghasilkan 100 – 130 butir telur atau sekitar 7 kg perhari dengan harga 15 ribu /kg penghasilan perhari kira-kira 100 ribu /hari sebulan sekitar 3 juta rupiah. Target terus meningkat diperkirakan hasil telur bisa mencapai 200 – 250 butir perhari atau sekitar 16 kg /hari sebulannya dapat mencapai 240.000 rupiah perhari atau 7,2 juta perbulan. Pemasaran telur tidak terlalu sulit bagi kelompok semuanya masih terserap untuk kebutuhan lokal. Keberhasilan usaha diatas membutuh proses dan kesabaran, selanjutnya mereka menikmati keberhasilan tersebut.

Melakukan inisiatif dan motivasi yang tinggi dalam proses pembangunan ekonomi masyarakat yang lebih baik tidaklah mudah, potensi diri karakter individu masyarakat sangat menentukan pencapaian hasil-hasil tersebut. Proses pendampingan yang dilakukan tetap akan berhasil dengan membutuhkan waktu yang cukup panjang tampa ada usaha masyarakat sendiri yang berproses meningkatkan kesadaranya dan menumbuhkan motivasi dan inistif baru untuk perubahan mereka sendiri.

13 Maret 2008

Ternak Ayam bisa beli Motor baru

Anggota kelompok Keluarga Mandiri di dusun Bakung desa Muara Merang

Kondisi awal sebelum bergabung dengan kelompok Keluarga Mandiri dampingan program WPRP, pak Sewinarno merupakan keluarga muda dengan 1 istri dan 3 orang anak yang masih kecil-kecil, istrinya sebagai guru honor di SDN di Bakung dan dia sendiri bekerja sebagai buruh di perusahaan Sawit PT.PWS di sekitar desa Muara Merang. Bekerja di perusahan sawit merupakan imbas ketidak berhasilan keluarga ini bisnis kayu di sungai Merang.

pada awalnya dia ingin ber tapi tidak ada modal untuk memulai, perna dia berinisiatif sendiri untuk membuat peternakan ayam potong dengan modal dari rentenir pinjaman dengan bunga tinggi. Usaha tersebut gagal dan terbelit utang dan trauma untuk berusaha lagi. Walaupun keinginan tersebut tetap ada, dia tetap bertahan bekerja di Buruh sawit walaupun dia masih mempunyai keinginan berubah dan berusaha sendiri.

Dengan adanya Program WPRP dia tertarik untuk bergabung, proses yang dia ikuti mulai dari pen guatan kelompok dan didampingi pendamping lapangan. Hingga dia bersama kelompoknya mengajukan usaha ternak ayam potong. Sebelumnya kelompok keluarga Mandiri dengan unit usaha ternak ayam potong ini juga pernah ikut dalam program CCFPI yang didanai Oleh CIDA. Namun dewi fortuna belum memihak kepada kelompok sehingga usaha yang dilakukan beberapa kali mengalami kegagalan. Tahap awal pada program CCFPI, ayam-ayam ternaknya terkena penyakit dan ini terjadi dalam dua periode.

Berbekal pengalaman yang ada itulah, untuk memanage agar tidak terjadi kematian yang tinggi, Pak Sewi, begitu biasa disapa hanya membeli bibit ayam berskala kecil dengan jumlah ternak ayam potong sekitar 200 ekor . setelah menunggu hingga masa panen tiba selama 40 hari, ayam-ayamanyapun siap untuk dipasarkan. Selanjutnya dari modal yang masih ada, Pak sewi kembali membeli bibit-bibit baru dan terbukti dengan pola yang diterapkannya sedikit sedikit tersebut Pak sewi mampu meraup keuntungan dari hasil penjualan ayam potong peliharaannya. Pada panen ke-3 tepatnya bulan December 2007 Pak sewi telah mampu mengumpulkan kembali modal secara keseluruhan berikut keuntungannya. Dari keuntungan yang didapat, Pak Sewi lalu mencoba mengajukan aplikasi kredit motor pada sebuah perusahaan leasing. Menurut beliau, motor ini nantinya akan dijadikan sebagai alat transportasi dalam memasarkan ayam-ayamnya ke desa desa tetangga terutama dalam komplek perumahan perkebunan PT. Witmas. Selama ini, Pak sewi hanya memasarkan dari rumahnya atau dengan kata lain pembeli yang mendatangi kerumahnya jika ingin membeli ayam. Dan ini tentu sedikit memakan waktu dalam hal penjualan. Karena itu menurut Pak Sewi, jika ada kendaraan yang menunjang seperti motor ini, maka penjualan akan lebih cepat dilakukan dan tentu akan lebih cepat pula produksi. Apalagi kondisi sekarang beliau sudah tidak berkerja sebagai buruh sawit, tentu ternak ayam merupakan sandaran utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Untuk mengisi waktu luangnya, selain berternak ayam, saat ini Pak sewi ikut mengabdikan dirinya sebagai guru honor (tenaga Pengajar) di sekolah dasar Bakung sebagai guru bidang studi Olah raga. Dengan berbekal ijazah SMU nya dan ketrampilan berolahraga, Pak sewi mencoba memebrikan hal terbaik untuk masyarakat Bakung hidup lebih berarti dan bermanfaat, katanya. Selain itu Pak sewi juga telah membuka lahan baru seluas 4 hektar untuk ditanam karet. Hingga January 2008 saat kunjungan Implementator ke lapangan, lahan tersebut sudah ditanami dengan bibit karet seluas 2 hektar, dalam waktu 2 – 3 bulan kedepan lahan sisa 2 hektar akan kembali ditanami sambil menunggu keuntungan dari penjualan ayam berikutnya untuk modal membeli bibit karet. Ketika ditanya mengapa memilih karet ketimbang tanaman lainnya, Pak sewi mengatakan karena saat ini karet sedang naik daun, selain itu harganya juga mahal. Saat ini di bayung Lincir sendiri harga perkilogram getah karet yang sudah dibekukan mencapai Rp. 9.500 – 10.000. bayangkan jika dari lahan 4 hektar tersebut nanti menghasilkan minimal 2 kwintal perhari. Berapa yang akan diperoleh dari hasil kebun karetnya nanti, papar beliau dengan penuh optimis.

Kedepannya, Pak sewi berencana akan megembangkan usaha ternak ayam potongnya dengan usaha ternak ayam petelur. Ayam petelur lebih kuat menahan penyakit dan tidak terlalu sulit dalam hal perawatannya, selain itu harga daging ayam petelur bisa dijual lebih murah dibanding daging ayam potong. Namun ayam potong tetap akan dikembangkan karena tidak semua orang suka daging ayam petelur. Apalagi sekarang di Bakung telah ada beberapa keluarga, yang juga tergabung dalam kelompok WPRP juga mengembangkan usaha ternak ayam potong, karena itu Pak sewi berharap, usaha yang dijalankannya ini akan tepat bertahan dan tidak mengalami kegagalan seperti pengalaman yang lalu.