Anggota kelompok Keluarga Mandiri di dusun Bakung desa Muara Merang
Kondisi awal sebelum bergabung dengan kelompok Keluarga Mandiri dampingan program WPRP, pak Sewinarno merupakan keluarga muda dengan 1 istri dan 3 orang anak yang masih kecil-kecil, istrinya sebagai guru honor di SDN di Bakung dan dia sendiri bekerja sebagai buruh di perusahaan Sawit PT.PWS di sekitar desa Muara Merang. Bekerja di perusahan sawit merupakan imbas ketidak berhasilan keluarga ini bisnis kayu di sungai Merang.
pada awalnya dia ingin ber tapi tidak ada modal untuk memulai, perna dia berinisiatif sendiri untuk membuat peternakan ayam potong dengan modal dari rentenir pinjaman dengan bunga tinggi. Usaha tersebut gagal dan terbelit utang dan trauma untuk berusaha lagi. Walaupun keinginan tersebut tetap ada, dia tetap bertahan bekerja di Buruh sawit walaupun dia masih mempunyai keinginan berubah dan berusaha sendiri.
Dengan adanya Program WPRP dia tertarik untuk bergabung, proses yang dia ikuti mulai dari pen guatan kelompok dan didampingi pendamping lapangan. Hingga dia bersama kelompoknya mengajukan usaha ternak ayam potong. Sebelumnya kelompok keluarga Mandiri dengan unit usaha ternak ayam potong ini juga pernah ikut dalam program CCFPI yang didanai Oleh CIDA. Namun dewi fortuna belum memihak kepada kelompok sehingga usaha yang dilakukan beberapa kali mengalami kegagalan. Tahap awal pada program CCFPI, ayam-ayam ternaknya terkena penyakit dan ini terjadi dalam dua periode.
Berbekal pengalaman yang ada itulah, untuk memanage agar tidak terjadi kematian yang tinggi, Pak Sewi, begitu biasa disapa hanya membeli bibit ayam berskala kecil dengan jumlah ternak ayam potong sekitar 200 ekor . setelah menunggu hingga masa panen tiba selama 40 hari, ayam-ayamanyapun siap untuk dipasarkan. Selanjutnya dari modal yang masih ada, Pak sewi kembali membeli bibit-bibit baru dan terbukti dengan pola yang diterapkannya sedikit sedikit tersebut Pak sewi mampu meraup keuntungan dari hasil penjualan ayam potong peliharaannya. Pada panen ke-3 tepatnya bulan December 2007 Pak sewi telah mampu mengumpulkan kembali modal secara keseluruhan berikut keuntungannya. Dari keuntungan yang didapat, Pak Sewi lalu mencoba mengajukan aplikasi kredit motor pada sebuah perusahaan leasing. Menurut beliau, motor ini nantinya akan dijadikan sebagai alat transportasi dalam memasarkan ayam-ayamnya ke desa desa tetangga terutama dalam komplek perumahan perkebunan PT. Witmas. Selama ini, Pak sewi hanya memasarkan dari rumahnya atau dengan kata lain pembeli yang mendatangi kerumahnya jika ingin membeli ayam. Dan ini tentu sedikit memakan waktu dalam hal penjualan. Karena itu menurut Pak Sewi, jika ada kendaraan yang menunjang seperti motor ini, maka penjualan akan lebih cepat dilakukan dan tentu akan lebih cepat pula produksi. Apalagi kondisi sekarang beliau sudah tidak berkerja sebagai buruh sawit, tentu ternak ayam merupakan sandaran utama untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Untuk mengisi waktu luangnya, selain berternak ayam, saat ini Pak sewi ikut mengabdikan dirinya sebagai guru honor (tenaga Pengajar) di sekolah dasar Bakung sebagai guru bidang studi Olah raga. Dengan berbekal ijazah SMU nya dan ketrampilan berolahraga, Pak sewi mencoba memebrikan hal terbaik untuk masyarakat Bakung hidup lebih berarti dan bermanfaat, katanya. Selain itu Pak sewi juga telah membuka lahan baru seluas 4 hektar untuk ditanam karet. Hingga January 2008 saat kunjungan Implementator ke lapangan, lahan tersebut sudah ditanami dengan bibit karet seluas 2 hektar, dalam waktu 2 – 3 bulan kedepan lahan sisa 2 hektar akan kembali ditanami sambil menunggu keuntungan dari penjualan ayam berikutnya untuk modal membeli bibit karet. Ketika ditanya mengapa memilih karet ketimbang tanaman lainnya, Pak sewi mengatakan karena saat ini karet sedang naik daun, selain itu harganya juga mahal. Saat ini di bayung Lincir sendiri harga perkilogram getah karet yang sudah dibekukan mencapai Rp. 9.500 – 10.000. bayangkan jika dari lahan 4 hektar tersebut nanti menghasilkan minimal 2 kwintal perhari. Berapa yang akan diperoleh dari hasil kebun karetnya nanti, papar beliau dengan penuh optimis.
Kedepannya, Pak sewi berencana akan megembangkan usaha ternak ayam potongnya dengan usaha ternak ayam petelur. Ayam petelur lebih kuat menahan penyakit dan tidak terlalu sulit dalam hal perawatannya, selain itu harga daging ayam petelur bisa dijual lebih murah dibanding daging ayam potong. Namun ayam potong tetap akan dikembangkan karena tidak semua orang suka daging ayam petelur. Apalagi sekarang di Bakung telah ada beberapa keluarga, yang juga tergabung dalam kelompok WPRP juga mengembangkan usaha ternak ayam potong, karena itu Pak sewi berharap, usaha yang dijalankannya ini akan tepat bertahan dan tidak mengalami kegagalan seperti pengalaman yang lalu.
0 komentar:
Posting Komentar